Selamat Datang

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN DAN KOMENTAR ANDA

Senin, 07 November 2011

TERUMBU KARANG DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Terumbu Karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae.  Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu, mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang.
Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi zooxanthellae.
Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak. Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang sangat lama, binatang karang yang kecil (polip) membentuk koloni karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polip. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
Sejak beberapa abad yang lalu dan bahkan sampai sekarang, karang dianggap batu atau tumbuhan walaupun sesungguhnya mereka adalah hewan. Dalam bentuk yang paling sederhana, karang hanya bisa terdiri dari sebuah polip yang mempunyai bentuk seperti tabung dengan mulut di bagian atas yang dikelilingi oleh tentakel. Pada beberapa jenis karang, individu polip ini mempunyai bentuk banyak, kembar identik yang tersusun rapat membentuk formasi yang disebut koloni.
Walaupun semua spesies karang dapat menggunakan sengatan tentakel untuk menangkap mangsanya, kebanyakan proporsi terbesar makanan karang tropis berasal dari simbiosis yang unik. Di dalam jaringan karang, hidup ribuan alga mikroskopik yang disebut zooxanthellae, yang menghasilkan energi langsung dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Karang dapat memperoleh banyak energi dan kebutuhan oksigen langsung dari zooxanthellae. Sebaliknya, alga memperoleh tempat berlindung dari pemangsa dan memakai karbon dioksida yang dihasilkan karang dari proses metabolismenya. Asosiasi yang erat ini sangat efisien sehingga karang dapat bertahan hidup bahkan diperairan yang miskin zat hara. Keberhasilan hubungan ini dapat dilihat dari besarnya keragaman dan usia karang yang sudah sangat tua, yang berevolusi pertama kali lebih dari 200 juta tahun yang lalu.
Banyak karang mempunyai beberapa bentuk rangka untuk menyokong badan mereka yang sederhana. Karang lunak dan karang kipas mempunyai rangka yang terbuat dari protein. Namun, karang pembentuk terumbu mempunyai kerangka dari kalsium karbonat atau batu kapur. Karang-karang ini kebanyakan berasal dari kelompok scleractinia dan kadang dikenal sebagai hermatipik atau pembentuk terumbu. Kini, hampir 800 jenis karang yang tergolong kelompok scleractinia telah dideskripsikan. Beberapa terumbu karang terdiri dari kumpulan kecil karang-karang dan jenis-jenis biota lain yang berasosiasi dengannya, sedangkan yang lain dapat berupa struktur raksasa dengan lebar berkilo-kilo meter. Walaupun karang dapat mendominasi zona terumbu karang tertentu, lamun dan organisme lainnya juga merupakan komponen yang penting dalam struktur terumbu karang. Gangguan badai, penambahan unsur hara, dan peningkatan sedimentasi dapat menyebabkan zona dominasi karang yang alami berubah menjadi alga. Jika alga mengganti bekas zona karang, hal ini merupakan tanda bahwa terumbu karang tersebut tidak sehat. Terumbu karang yang sehat merupakan tempat yang paling beragam dari semua ekosistem laut yang telah dikenal, dengan susunan bentuk kehidupan yang lebih besar dibandingkan dengan ekosistem lainnya di bumi.
Berdasarkan proses terbentuknya (geomorfologi) terumbu karang dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :
a.       Karang tepi (fringing reefs) adalah tipe yang paling umum dijumpai, merupakan terumbu yang tumbuh mengelilingi pulau, jarak dari pantai bervariasi dari 3-300 m.
b.      Karang penghalang (barrier reefs), adalah terumbu yang terletak sejajar pantai pulau utama namun dipisahkan oleh laut. Lebar laut pemisah tersebut dapat mencapai enam kilometer dan kedalamannya puluhan meter.
c.       Karang cincin (atoll) adalah terumbu karang yang melingkar atau oval mengelilingi goba. Pada terumbu tersebut terdapat satu atau dua pulau kecil. Karang cincin terbentuk dari tenggelamnya pulau vulkanik yang dikelilingi oleh karang tepi. Saat ini kurang lebih ada 300 atoll di daerah Indo-Pasifik, dan hanya 10 atoll di Karibia.
Selain itu dikenal pula Patch reefs, terumbu yang berbentuk lingkaran, tidak terlalu besar yang muncul di goba atau di belakang karang penghalang.
Komunitas karang dapat juga dibedakan atas letak karang tersebut pada terumbu karang. Forereef, yaitu karang yang terletak berhadapan langsung dengan laut lepas. Reef flat yaitu rataan terumbu yang relatif dangkal dan pada saat tertentu dapat terpapar sinar matahari. Back reef yaitu komunitas terumbu di belakang reef flat dicirikan dengan keadaan air yang relatif tenang. Walaupun mampu membentuk terumbu yang keras seperti batu, tapi hewan karang memiliki batasan faktor fisik yang relatif sempit. Faktor fisik tersebut adalah cahaya, suhu, salinitas dan sedimentasi.
Umumnya terumbu karang di jumpai pada perairan tropis dangkal yang  jernih, miskin nutrien (oligotrofik) dengan salinitas tinggi, mendapat pengaruh aksi gelombang dan tidak ada sedimentasi (Nybakken 1992 dan Sumich 1997). Suatu yang unik jika formasi terumbu karang ditemukan di pesisir Kalimantan Tengah mengingat banyaknya sungai besar yang bermuara ke laut, dengan karakteristik perairannya bersifat estuarin; kekeruhan dan sedimentasi yang tinggi, salinitas yang rendah dan tergolong perairan yang kaya nutrien (heterotrofik).  Terbentuknya formasi terumbu karang yang bersifat patchy khususnya di perairan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat dimungkinkan adanya teori steping stone biota karang. Veron (1996) menjelaskan bahwa penyebaran larva karang dibawa oleh arus melintasi perjalanan yang jauh dari satu pulau ke pulau lainnya. Pulau-pulau tersebut berfungsi sebagai batu loncatan bagi biota karang untuk menjangkau pulau-pulau selanjutnya.
Dalam kasus ini, keberadaan terumbu karang tepi (fringing reef) pada gugusan kepulauan di Selat Karimata dan Kepulauan di pesisir baratdaya Kalimantan Barat berfungsi sebagai steping stone bagi biota karang.  Peristiwa spawning biota karang di kepulauan tersebut akan melepaskan sejumlah besar larva karang yang hanyut terbawa ketika musim barat dan terperangkap di sekitar Teluk Kumai kemudian menempel pada substrat di gugusan Gosong Senggora dan Sepagar.  Di sisi lain terdapat massa air yang berbeda karena peristiwa flushing ketika air pasang masuk sehingga menguntungkan bagi biota karang karena suplai oksigen meningkat karena arus dan perairan relatif jernih dengan salinitas yang tinggi.  Sementara itu adanya Tanjung Puting menghalangi jangkauan longshore current  yang membawa suspended sediment berasal dari sungai-sungai besar di sebelah timur. 
Terumbu karang di perairan Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan peta Dishidros TNI AL ditemukan di sekitar Gosong Senggora dan Gosong Sepagar yang terletak disisi timur pantai Tanjung Puting. Tipe terumbu karang di perairain ini tergolong gosong/taka (pacth reef). Suharsono (2004) menjelaskan gosong karang merupakan potongan terumbu yang terisolasi dan baru berkembang pada dasar paparan pulau yang datar atau paparan benua. Besarnya ukuran bervariasi dan jarang muncul ke permukaan laut, dan biasanya terdapat di antara terumbu karang tepi dan karang penghalang. 
            Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan penamaan lokal nelayan setempat Gosong Senggora terdiri atas Gosong Pinggir, Gosong Besar dan Gosong Berandam.  Pada area Gosong Pinggir dan Gosong Besar terdapat gugusan pasir yang muncul kepermukaan sedangkan Gosong Berandam paparan pasirnya tidak muncul ke permukaan ketika air pasang. Sekitar Gosong Besar dengan jarak yang relatif dekat terdapat 3 (tiga) gosong kecil pada sisi timur sedangkan yang relatif jauh terletak dekat pantai sisi timur Tanjung Puting, terdapat satu gosong yang ukurannya kurang lebih sepertiga dari gosong Pinggir.
            Formasi Gosong Senggora tersebut hampir membentuk garis linear dari baratdaya ke arah timurlaut mengindikasikan pengaruh musim barat (angin baratdaya) lebih dominan dibandingkan musim tenggara. Hal ini juga menjelaskan hipotesis bagaimana awal terbentuknya terumbu karang di kawasan Teluk Kumai melalui peristiwa steping stone dimana arus baratdaya sebagai vektornya.
Pengamatan secara visual terhadap hasil citra Landsat ETM 7 di perairan Teluk Kumai untuk kawasan terumbu karang dijumpai pada Gosong Senggora dan Sepagar.  Hasil citra menunjukkan bahwa formasi utama terumbu karang lebih terpusat mendekati tubir (reef slope) dengan rataan (reef plat) pendek. Hasil analisis citra satelit Landsat ETM 7 dapat dilihat luasan sebaran terumbu karang pada komposit band 321 dan klasifikasi substrat berdasarkan formula Lyzenga pada tabel di bawah ini. 
Luasan masing-masing kategori subtrat/dasar perairan

Kategori
Luasan (km2)
Gosong Senggora
Gosong Sepagar
Karang hidup
0,977
0,217
Karang mati
0,672
0,760
Pasir
0,477
0,021
Lamun
0,550
0,027
Daratan
0,323
0,033

Terumbu karang di Kalimantan Tengah ditemukan pada perairan Gosong Senggora tergolong tipe gosong/taka pacth reef. Umumnya patch reef yang berkembang di pesisir Selatan Kalimantan dibatasi oleh sebaran suspended sediment di perairan pesisir yang berasal dari sungai-sungai. Pada beberapa spot tersebut karang dapat hidup dan berkembang pada kedalaman yang dangkal (1 - 9 m).  Pada kedalaman ini faktor cahaya masih memungkinkan proses fotosintesis bagi simbion karang zooxanthellae. Karakteristik perairannya ditandai oleh suspended sediment yang rendah, tersedianya substrat untuk penempelan larva karang, arus yang cukup dan salinitas yang cukup tinggi karena adanya flushing. Kondisi ini memungkinkan karang batu (hard coral), karang lunak (soft coral), kipas laut (gorgonian) dan Sponge dapat hidup dan membentuk suatu ekosistem terumbu karang  
Posisi Gosong Senggora yang terletak di tengah Teluk Kumai dan jauh dari daratan pesisir kabupaten Kotawaringin Barat.  Keberadaannya bagi nelayan sekitar memberikan manfaat perlindungan bagi kapal terhadap gelombang musim barat dan tenggara.  Sehingga mudah kita jumpai kelompok Kapal penangkapan dalam jumlah besar yang labuh jangkar di sekitar perairan terumbu karang.  Akibatnya di temukan areal karang yang rusak akibat labuh jangkar dan terkena lunas kapal.
Ancaman terbesar terumbu karang di perairan Kabupaten Kotawaringin Barat adalah banjir akibat kegiatan deforestrasi dan illegal logging sehingga jangkauan air tawar semakin jauh memasuki kawasan terumbu sehingga mempengaruhi fluktuasi salinitas, peningkatan kekeruhan dan suspended sediment.  Penggunaan alat tangkap seperti lampara yang mengaduk dasar perairan dapat menyebabkan peningkatan kekeruhan.  Selain itu perilaku nelayan labuh jangkar sembarangan dan transportasi kapal yang menyebabkan benturan lunas dengan karang sangat berisiko pada berkurangnya tutupan karang. Berkurangnya tutupan karang akan diikuti menurunnya shelter, feeding dan spawning area.  Dalam jangka waktu yang lama akan mengurangi hasil tangkapan ikan yang dipengaruhi terganggunya siklus rantai makanan dan reproduksi ikan ekonomis penting di perairan terumbu karang.
Secara umum, karang yang tumbuh adalah karang yang dapat bertahan dengan kondisi sedimen yang tinggi sehingga bila indikator estetika menjadi faktor utama maka kondisi karang di Gosong Senggora dan Gosong Sepagar dapat dikatakan tidak seindah karang yang tumbuh pada kondisi perairan yang jernih dimana jauh dari pengaruh suspensi sedimen karena karang-karang ini terlihat kecoklat-coklatan akibat endapan lumpur yang masuk ke perairan.
Hasil pengamatan visual dengan peralatan Scuba memperlihatkan bahwa karakteristik karang di perairan Gosong Senggora merupakan karang yang umum dijumpai di perairan keruh.  Beberapa genera karang yang dijumpai pada rataan terumbu seperti Acropora bercabang, Heliopora, Goniopora, Favia, Favites, Goniastrea, Galaxea, Fungia, Turbinaria, Montipora, Pectinia dan Porites.  Sementara pada lereng terumbu umumnya dijumpai Galaxea, Turbinaria, Porites, Favia, Pectinia dan Tubastrea.
Hampir semua karang yang ditemukan mempunyai atribut sediment rejection mulai dari bentuk pertumbuhannya yang umumnya masive, pergerakan tentakel dan cilia, mampu menggelumbungkan jaringan dengan tekanan hidrostatik, menghasilkan lendir (mucus) dan memiliki jaringan yang tebal.
Dalam penelitian ini, pada rataan terumbu dangkal (reef front) yang mendapat pengaruh aksi gelombang dan resuspensi sedimen yang aktif umumnya karang tersebut memiliki bentuk massive seperti karang batu Diploastrea, Galaxea, Porites, Favia dan Favites. Bentuk ecomorph seperti massive memberikan keuntungan bagi karang untuk membersihkan diri dari akumulasi sedimen dengan bantuan pergerakan arus.  Reigl et al. (1996) menjelaskan bahwa bentuk karang umumnya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan, morfologi karang yang terbentuk merupakan adaptasi terhadap kondisi lokal. Umumnya karang di perairan keruh membangun bentuk seperti punggung bukit daripada bentuk pertumbuhan yang datar. 
Sementara itu pada area dimana sedimentasi tergolong sedang dengan  arus yang kuat morfologi karang cenderung berbentuk meja (tabulate) seperti karang Acropora hyacinthus, lembaran (foliose) atau cup shape seperti Turbinaria. Berbeda halnya dengan karang Tubastrea dengan morfolologi seperti ranting tegak bercabang yang dominan pada tubir yang teduh (reef slope) pada kedalaman 4-7 m.  Pertumbuhannya yang vertikal merupakan refleksi terhadap terbatasnya cahaya.
            Secara umum berdasarkan tutupan koloni karang batu didominasi oleh genera Porites, Goniopora dan Favia yang memiliki kemampuan sediment rejection.  Selain itu, karang Porites tergolong karang k-strategist yang mengatasi keterbatasan substrat dengan membentuk koloni yang besar, sedangkan karang Favia dan Goniapora tergolong  karang Intermediate yang dapat hidup pada berbagai kondisi lingkungan (Sorokin 1993).

          Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.
Identifikasi pendahuluan memperlihatkan banyaknya flora dan fauna yang saling memanfaatkan kehidupan bersama dengan terumbu karang yang ada di sekitar Gosong Senggora. Selain ikan komersil, juga ditemukan ikan hias karang yang cukup mahal harganya serta jenis alga bentik. Ikan komersil yang didapatkan adalah jenis kerapu tikus (Chromileptes altivelis), ikan kakaktua (Parotfishes/Scaridae), ikan baronang (Siganus guttaus), ikan kakap (Seabass/Snappers/Lutjanus gibbus), Dari kelompok alga bentik telah teridentifikasi jenis Glacilaria salicornia, Padina australis dan Galaxaura filamentosa. Jenis ikan hias karang adalah Coradion melanopus, Chelmon rostratus (Beaked coralfish) dan Caesio cunning. Disamping itu banyak pula ditemukan jenis bulu babi (Sea urchin/Diadema setosum).